Rabu, 29 April 2015

engkau diam



Engkau diam, tetapi selaksa terbenam di fikirmu..
Menyeka mata yang mencuri pandang , mengintip Rindu..
Ada gelak dalam lagak..
Dan ada Igau Yang Menggalau..
Engkau diam, tak berani sesumbar kata,.
Hanya ada isyarat yang tersirat,.
Yang kudapati terkurung dalam kalbu sejak lama..
Engkau harusnya berani  berucap.
Sebelum ku berlalu dan takkan menoleh lagi.
By Andi. Syifa. Maros 11 Maret 2015

Apa Kabar HATIKU, hari ini, esok, dan seterusnya... ?



apa kabar wahai hatiku..
adakah engkau teduh seperti dulu,
menyejukan sesiapa yang berteman denganmu..
ataukah kini kau telah keras membatu..?
apa kabar wahai iman..
adakah kau masih tegar, kokoh bertahan..
ataukah kini kau kian tipis terkikis ujian...
apa kabar wahai dzikir...
apakah kau masih indah terukir..
ataukah sudah pergi jauh dan kian fakir..
apa kabar wahai lisan...
apakah ucapan demi ucapan masih manis menyejukkan..
ataukah kian ketus menyakitkan...
apa kabar hatiku..
apa kabar imanku, lisan dan dzikirku..?
semoga Ramadhan ini semua kembali
berkumpul bersama dalam jiwaku
menuntun menuju ketaqwaan..
atas kerinduan pada-Nya yang menderu-deru..
atas rindu pada-Nya yang membiru..
atas lariku yang tak pernah sampai pada yang kutuju
atas lelah perjalananku yang kian pilu..
Allahu Rabbi...
aku rindu...
aku rindu...

Sepenggal Cerita Copas , Ayah (Aku Tolak Lamaranmu pada anak ku , Tetapi Karena Engkau Menghafal Jus 30, Aku terima Lamaran mu...)



Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarrakatuh
Mereka, lelaki & perempuan, yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta'aruf yang singkat mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah. Sang lelaki sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain: ayah sang perempuan. Dan ini, tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktif di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda.

Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya. Maka di suatu pagi, di sebuah rumah, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya, untuk 'merebut' sang perempuan muda, dari sisinya.


"Oh, jadi kau akan melamar anakku?" tanya sang laki-laki setengah baya.

"Iya, Pak," jawab sang pemuda.

"Engkau telah mengenalnya dalam-dalam? " tanya sang laki-laki setengah baya sambil menunjuk si perempuan.

"Ya Pak, sangat mengenalnya, " jawab sang pemuda mencoba meyakinkan.

"Aku tolak lamaranmu. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengijinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu! Bukankah Islam tidak mengenal istilah pacaran?" balas sang laki-laki setengah baya.

Si pemuda tergagap, "Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.

Semenjak kami berkenalan, kami baru 3 kali bertemu." "Aku tolak lamaranmu. Itu serasa 'membeli kucing dalam karung' kan, aku tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak terlalu mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?" balas sang setengah baya, keras.


Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, "Ayah, dia dulu aktivis lho."

"Kamu dulu aktivis ya?" tanya sang setengah baya.

"Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di kampus," jawab sang pemuda, percaya diri.

"Aku tolak lamaranmu. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?" "Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat."

"Aku tolak lamaranmu. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?"


Sang perempuan membisik lagi, membantu, "Ayah, dia pinter lho."

"Kamu lulusan mana?"

"Saya lulusan Matematika Sebuah Universitas Negeri ternama Pak. Universitas itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak."

"Aku tolak lamaranmu. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan SMA ini tho? Menganggap saya bodoh kan?"

"Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IPnya juga cuma dua koma Pak."
"Lha lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?"


Bisikan itu datang lagi, "Ayah dia sudah bekerja lho."

"Jadi kamu sudah bekerja?"

"Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya Pak."

"Aku tolak lamaranmu. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu."
"Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku." "Lamaranmu tetap aku tolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?"


Bisikan kembali, "Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya."

"Rencananya maharmu apa?"

"Seperangkat alat shalat Pak."

"Aku tolak lamaranmu. Maaf, kami sudah punya banyak banget. Kalau tidak percaya, lihat saja di lemari".

"Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang lima puluh juta rupiah Pak."
"Aku tolak lamaranmu. Kau pikir aku itu matre. Menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku."


Bisikan itu datang lagi, "Dia jago IT lho Pak"

"Kamu bisa internet?"

"Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net."

"Aku tolak lamaranmu. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata."

"Tapi saya nge-net cuma ngecek imel saja kok Pak."
"Aku tolak lamaranmu. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu."


Sang gadis berkata, "Tapi Ayah..."

Sang laki-laki paruh baya langsung berkata kepada laki-laki muda, "Kamu kesini tadi naik apa?"

"Mobil Pak."

"Aku tolak lamaranmu. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya riya'. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik."

"Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir"
"Aku tolak lamaranmu. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?"


Sang gadis berkata, "Ayahh.."

Sang ayah berkata, "Kamu merasa ganteng ya?"

"Nggak Pak. Biasa saja kok"

"Aku tolak lamaranmu. Mbok yo kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini."

"Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak."
"Aku tolak lamaranmu. Kamu berpotensi menjadi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!"


Sang perempuan kini berkaca-kaca, "Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?"

Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.
"Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur'an dan Hadits?"

Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, "Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits pun cuma dari Arba'in yang terpendek pula."


Sang setengah lelaki setengah baya tersenyum, "Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih."


Mata sang Pemuda ikut berkaca-kaca.


SUBHANALLAH... :")


catatan kecil : ''aku mencintaimu karena agama yang ada padamu, jika kau hilangkan agama dalam dirimu, hilanglah cintaku padamu''
-Imam Nawawi-


Wallahu a'alam

Sabtu, 18 April 2015

Inilah saya....

Inilah saya apa adanya saya ...
saya yang Diam ...
hanya mau bicara yang penting penting saja..
tetapi saya sebenarnya senang bercanda ,.
bahkan tertawa lepas tanpa beban ..
saya yang cuek ..tetapi sebenarnya saya orangnya tidak cuek -cuek amat..

 Kesalahan saya adalah ..
saya yang selalu menolak ,mereka yang datang padaku dengan niat baiknya ..
entahlah ..
Seperti nya saya kurang mempercayai mahkluk yang bernama Lelaki.
saya takut jadi korban tipu muslihat nya ..
saya yang selama ini menjaga aqidah , dan bergaul saya ,serta mempunyai prinsip tidak pacaran
selalu dianggap tabu , dan dianggap sebagai penghalang jodoh saya ..
Salah saya dimana ?

saya hanya ingin membenahi diri menjadi wanita muslimah yang taat, dan mempunyai prinsip dalam hidup.
lalu..
saya merasa luka itu dihati ..
ketika saya harus menolak seseorang yang datang dengan Agama yang baik untuk melamarku..
harus bagaimana kuyakinkan orang disekitarku ,bahwa saya bisa berbahagia dengan orang yang dita'arufkan dengan ku,
tetapi pandangan berbagai pihak, akhirnya saya tidak bisa berbicara..
saya tahu semua pihak menginginkan yang terbaik untukku..
semua menginginkan agar aku bahagia..
Bahkan orang tua ku pun kalah oleh pandangan keluarga ku..
aku harus mengikut kemana ?
ibu,ibu,ibu,lalu ayah ..
telah lama ayah meninggal, jadi yang bertindak sebagai ayah dan ibu adalah mother saya ..
saya menjadi anak yang penurut ..
termasuk dalam hal jodoh,.
.
 Dulu interpretasi pernikahan saya pada pria yang semuanya harus sempurnah,.
tetapi semakin hari saya mepelajari ilmu agama ,,
saya menjadi Malu,.
ternyata begitu angkuh nya diriku dulu,dimasa Jahiliahku..
astagfirullah hul adzim..
Jika datang pria yang baik agamanya meminangmu,maka terimalah pinangan nya..
Astagfirullah hul adzim .ampuni saya Ya .,Rabbi

Namun diantara mereka ,.ada satu sosok yang begitu berkharisma ,.
aku yang cuek ,dan jarang sekali bicara ,.
berusaha menjadi pribadi yang tidak kaku..
aku berusaha membaur dan menjadi pribadi yang selalu bisa membaur,. meski sebenarnya lebih suka menyendiri membaca, menulis, karena terkadang dalam pembauran kita dengan sesama akhwat,.
ada cerita dan gosip gosip yang mereka ucapkan saat berkumpul dan mau tidak mau kita juga ikut dalam arus itu..
saya menghindari hal itu semua...
 
 Saya ingin menjadi wanita muslimah ,yang taat, dan patuh pada imam saya kelak.
   beberapa hal yang ia sampaikan padaku , saya sudah laksanakan untuk perbaikan akhlak saya ,.
   saya senang di ingatkan ,.saya senang di ingatkan dalam kebaikan.
   maafkanlah kalau saya ini terkadang keras kepala..
   saya menjaga izzah saya untuk tidak berpacaran ,.
   mungkin saya  terlihat sombong ...
   Maffkan saya,. saya hanya menjaga,.
   karena Wanita adalah fitnah bagi lelaki,.dan fitnah bagi dirinya ..

Saya mendengar kabar gembira dari rekan saya ..
bahwa ikhwa itu ingin meminang wanita ..
yah saya tau, karena memang ikhwah itu orangnya serius..
dan tidak main-main..
tetapi saya harus apa?
bukankah jodoh itu ditangan tuhan ?ditangan Allah swt?
entah perasaan apa ini..yang kurasakan seperti gelas kosong yang hampir pecah..

saya kaget tetapi saya bahagia juga, yah inilah jalan Yang Allah kirimkan untuk saya dan dia.
Aku hanya bisa berharap..agar engkau bahagia denga pilihan mu ..
pesan terakhir untuk tulisan saya ini ,dimana pun kita berada, siapapun itu, kalau sudah jodoh ,yah akan berjodoh..
jodoh adalah cerminan diri ,.
jodoh yang baik untuk mereka yang baik..
Fastabiqul Khaerat aja..

Kamis, 09 April 2015

JODOH DALAM ISLAM , SURAH AN-NUR :26

Pada tulisan yang lalu, kami telah menulis artikel dengan judul Kutunggu Undanganmu. Isinya seputar esensi dan pentingnya untuk menyegerakan pernikahan bagi mereka yang sudah mampu.
Dalam tulisan itu juga, sedikit telah kami bahas bagaimana ciri-ciri pasangan yang hendaknya dinikahi, yaitu yang bagus agama dan akhlaknya. Sebagaimana hadits rasul,
تُنْكَحُ المَرْأةُ لأَرْبَعِ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وجَمَالِهَا ولِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ بِذاتِ الدين تَرِبَتْ يَدَاك
Nikahilah wanita karena empat perkara, karena kekayaannya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka nikahilah karena agamanya, maka engkau akan menempelkan tanganmu dengan tangan (beruntung).  
Berkenaan dengan hal tersebut, bisa jadi ada yang berkomentar. Secara teori rasanya begitu indah dan mudah menjelaskan ciri-ciri wanita atau laki-laki yang hendaknya kita jadikan sebagai pasangan hidup. Akan tetapi bagaimana mendapatkannya?.
”Siapa yang mau menikah denganku?. Padahal sudah lama kucari bidadari yang siap hidup bersama. Namun belum juga kunjung bertemu”. Begitu seorang teman pernah berkomentar.
Ada lagi teman yang lain menyampaikan, ”Saya bingung dengannya. Rasanya dulu dia yang begitu siap ingin menikah denganku. Tapi kini kenapa malah ia seakan menghindar dan tidak memberikan keputusan pasti. Sulit rasanya jika aku harus diminta menunggu satu setengah tahun lagi.” begitu teman lain pernah curhat.
Apalagi sang akhwat tidak menyatakan tegas apakah mau atau tidak. ”Kita lihat saja satu setengah tahun lagi, jika Allah menakdirkan, maka kita berjodoh, insyaAllah. Jika pun tidak kita harus ikhlas” begitu kira-kira ucapan sang akhwat menurut cerita teman tadi.
Cerita dua orang teman saya ini adalah gambaran bagaimana perjalanan menjelang pernikahan terkadang tidak semulus yang kita bayangkan. Ada banyak hambatan yang membutuhkan persiapan yang matang.
Kesiapan mental, ma’isyah, loby dengan orang tua, termasuk proses mencari pasangan yang tepat. Dan tentu masih banyak persiapan lainnya, seperti pengkondisian keluarga jika belum cukup paham tentang ajaran islam.
Namun kesemua hal tersebut di atas, tidak seharusnya dijadikan kendala atau hambatan untuk melaksanakan sunnah nabi yang mulia ini. Melainkan merupakan suatu tantangan agar kita benar-benar menjadi pribadi matang.
Saya percaya, pengalaman kedua teman saya tadi, tentu juga dialami oleh banyak orang lainnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, kami ingin sedikit berbagi bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut, terutama berkaitan dengan proses mencari pasangan yang sesuai dengan syariat.
Menemukan Sang Belahan Hati
Urusan jodoh adalah rahasia Allah. Kadang ada orang yang begitu gampangnya berproses kemudian tanpa hitungan bulan sudah menikah. Namun tidak sedikit pula yang merasa ”gagal” karena begitu berlikunya proses yang dilalui.
Ketika sudah merasa cocok, sang akhwat yang menolak. Atau sebaliknya. Ada pula yang  keduanya sudah sama-sama mantap, tetapi muncul alasan lain seperti keluarga, organisasi, pekerjaan, dll menjadi penghalang.
Bagi mereka yang beriman dan berfikir positif, maka mereka akan yakin bahwa semua merupakan kondisi terbaik yang telah ditakdirkan Allah untuknya. Ia yakin bahwa tidak suatu kejadian pun, kecuali sudah ditakdirkan oleh Allah dan bagi orang yang beriman, hal tersebut merupakan suatu kebaikan.
Allah berfirman,
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal itu jelek bagimu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan kalian tidak mengetahui
Artinya, bahwa bagi seorang mukmin, yang paling penting adalah bagaimana dirinya melakukan usaha yang terbaik. Urusan jodoh, tentang siapa yang akan menjadi pasangan kita dan kapan ia akan datang, adalah sesuatu yang telah Allah tentukan. Ia harus yakin bahwa semua hasil usaha ditentukan oleh Allah.
Rasulullah bersabda,
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخُلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.
Allah telah mencatat takdir makhluk-Nya lima puluh ribu tahun sebelum Ia menciptakan langit dan bumi.
Dan jodoh sebagai takdir Allah telah juga dicatat sebelumnya. Artinya bahwa jodoh tersebut tidak mungkin akan tertukar dengan orang lain.
Hanya saja, hal ini tidak berarti kemudian dirinya berdiam diri. Kewajiban usaha sangat diperlukan, bukan hanya bermimpi. Untuk itu, beberapa hal berikut ini paling tidak bisa dilakukan oleh mereka yang ingin menemukan pasangan hidupnya.
Pertama, memperbaiki kualitas diri.
Hal ini sangat penting karena jodoh kita hakikatnya adalah cerminan diri kita. Bagaimana mungkin kita menginginkan pasangan yang sholehah dan rajin mengaji sementara kita adalah seorang yang tidak sholeh dan banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Sungguh sahabat, dua hati yang berbeda antara laki-laki dan wanita ibarat gelombang radio. Bagaimana mungkin mereka akan bisa saling tergetar (untuk saling mencintai karena Allah) sementara frekuensi gelombang keimanan mereka tidak sama.
Jika pun ada perasaan maka hal itu tidak lebih dari sebatas suka, yang mungkin lebih didominasi oleh penampilan lahiriah. Padahal kecocokan batin tidaklah didapatkan semudah kecocokan fisik.
Ada banyak mereka yang cantik secara fisik, tetapi belum tentu hatinya bisa mengimbangi. Apalagi di zaman yang penuh fitnah ini.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali memaksimalkan usaha dan potensi untuk semakin meningkatkan kualitas diri dan keimanan kepada Allah.
Allah telah berfirman,
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
Wanita yang keji untuk lelaki yang keji, lelaki yang keji untuk wanita yang keji. Dan wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik (pula).
Kedua, bersikap realitis.
Point ini sebenarnya masih berhubungan dengan point sebelumnya. Realistis maksudnya tidak terlalu berhayal dalam menentukan pasangan hidup.
Ada cerita seseorang yang mohon bantuan ustadz untuk dicarikan jodoh. Akan tetapi ia memberikan syarat yang begitu sempurna. Ia menginginkan seorang akhwat yang cantik, pintar, kuliah kedokteran, kaya, dari keluarga baik-baik, hafal alqur’an, dst. Padahal dirinya tidaklah sebaik itu.
Oleh sang ustadz, malah dijawab, ”jika saya menemukan akhwat seperti itu, maka insyaAllah tidak saya kasih ke antum, tapi saya akan jadikan istri kedua”.

Lagi pula, perlu diketahui bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Harapan yang terlalu tinggi terhadap calon pasangan kita, justru akan memunculkan peluang kekecewaan demi kekecewaan bertambah besar.
Tidak mustahil, beberapa hari setelah pernikahan ia sudah akan merasakan bahwa pernikahan ternyata tidak seindah yang dibaca di buku-buku. Inilah yang akan terjadi, bagi mereka yang tidak mempunyai kesiapan untuk menerima pasangan hidup apa adanya.
Padahal seharusnya, kekurangan dan kelebihan satu sama lain akan menjadi indah jika disinergiskan untuk saling melengkapi. Kelebihan pasangan adalah karunia yang perlu disyukuri seperti halnya kekurangan pasangan yang bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk bersabar dan saling memperbaiki.
Rasulullah bersabda,
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكاَنَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Ajaib urusan kaum mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik dan tidaklah demikian bagi seorang pun kecuali bagi orang mukmin. Ketika diberikan kesenangan ia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan ketika ditimpakan kesusahan ia bersabar, dan itu baik baginya.

Ketiga, membangun jaringan dan komunikasi yang baik dengan orang-orang sholeh, misalnya para ustadz.
Ustadz yang kami maksud tentu saja mereka yang benar-benar paham dengan agama ini dengan dalil. Dan terbukti akhlaknya baik dan mampu bersikap bijak. Bukan sekedar mereka yang ”diustadzkan” hanya karena penampilan lahiriah.
Tidak jarang para ustadz seperti ini mempunyai murid-murid yang sholeh dan sholehah. Maka memohon bantuan mereka adalah hal yang cukup efektif untuk mencari jodoh.
Kesalahan banyak orang adalah bahwa mereka tidak membangun komunikasi yang baik dengan para ustadz tadi, dan ujuk-ujuk minta bantuan dicarikan jodoh. Padahal sang ustadz juga tidak cukup kenal dengan yang bersangkutan.
Wahai sahabat, sungguh, menjadi perantara dalam mempertemukan dua hati bukan perkara mudah. Seorang ”mak comblang” juga perlu memperhatikan kualitas dan ke-kufu’an kedua belah pihak. Jangan sampai belum berapa lama setelah pernikahan berlangsung, muncul masalah yang sebenarnya bisa diantisipasi.
Memang kami pernah menemukan kasus dimana ”mak comblang” tadi berlepas diri dari persoalan keluarga baru yang ia fasilitasi. Akan tetapi akhirnyaa hal ini malah membuat hubungan dan silaturahmi yang selama ini terjalin dengan baik menjadi terganggu. Padahal rasulullah sangat menuntunkan kita agar menjaganya.
Rasulullah bersabda,
لَا يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ

Tidak dihalalkan bagi seseorang menghajr (mendiamkan) saudaranya lebih dari tiga (hari)
Keempat, komitment dengan proses yang syar’i
Tidaklah suatu keluarga yang sakinah mawaddah warahmah akan bisa dibentuk melalui proses yang diharamkan oleh Allah. Kebahagiaan dan ketenangan Allah adalah milik Allah dan tidak mungkin diberikan kepada orang yang tidak mengingat-Nya.
Allah berfirman,
أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Ketahuilah hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang.

Dzikir yang dimaksud tidak hanya dalam artian dzikir di hati dan lisan, tetapi juga tercerminkan dari penjagaan diri kita terhadap hal-hal yang dilarang. Mereka yang benar-benar berdzikir mencoba menghadirkan sikap ikhsan dalam hidupnya.
Rasulullah bersabda tentang ihsan,
أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
Kalian menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika tidak bisa (dan memang tidak mungkin bisa) sesungguhnya Ia (Allah) melihat engkau.

Hal ini pula yang menyebabkan tidak sedikit mereka yang sudah berpacaran selama bertahun-tahun kemudian maghlia rumah tangga mereka kandas hanya dalam hitungan bulan.
Sebaliknya mereka yang menikah atas dasar ibadah kepada Allah dan melalui proses yang syar’i, proses perkenalan yang tidak tergolong lama sekali pun, membuat benih cinta di antara mereka tumbuh dan bersemi dengan suburnya.
Kelima, bermohon dan tawakal kepada Allah.
Doa adalah sesuatu yang penting. Tidaklah mungkin doa seorang yang beriman akan ditolak oleh Allah.
Allah berfirman,
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

Berdoalah kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan.
Akan tetapi kita juga perlu menyadari bahwa Allah menjawab doa seorang hamba melalui tiga bentuk, langsung dikabulkan, diganti dengan nikmat lain yang setimpal atau ditunda (bahkan di akhirat nanti).
Salah satu bentuk doa adalah dengan melakukan sholat istikhorah. Ketika ingin menentukan suatu pilihan (misalnya karena adanya beberapa pilihan calon pasangan), maka kita harus benar-benar memohon petunjuk Allah selain meminta pendapat orang-orang bijak dan sholeh tentunya. Jangan hanya mengandalkan emosi sesaat atau keputusan logika saja.
Dalam hadits diriwayatkan,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا

Sesungguhnya dulu rasulullah salallahu ’alaihi wassalam mengajarkan sahabat-sahabatnya untuk beristikhorah pada setiap urusan.
Terakhir, kita perlu tawakal atas apapun yang ditentukan oleh Allah. Yang perlu kita lakukan adalah memaksimalkan usaha. Cukuplah Allah yang menentukan hasil dari usaha kita. InsyaAllah jika kita sudah melakukan yang terbaik dan berusaha semakin lebih baik, hasil yang kita dapatkan pun adalah sesuatu yang terbaik.
Sementara kami cukupkan tulisan ini sampai di sini. Semoga, para sahabat sekalian yang belum menikah, segera menemukan pasangan hidup yang menyejukan jiwa melalui proses yang sesuai dengan ketentuan syariat.

Delhi, Menjelang Subuh